PMII

PMII
Tangan Terkepal dan Maju Kemuka

Kamis, 31 Mei 2012

SEJARAH PMII

PMII, atau Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Indonesian Moslem Students Movement), dalam bahasa jawanya adalah Anak Cucu organisasi NU yang lahir dari rahim Departemen Perguruan Tinggi IPNU.
Lahirnya PMII bukannya berjalan mulus, banyak sekali hambatan dan rintangan. Hasrat mendirikan organisasi NU sudah lama bergolak, namun pihak NU belum memberi green light, belum menganggap perlu adanya organisasi tersendiri buat mewadahi anak - anak NU yang belajar di Perguruan Tinggi. Melihat fenomena ini, kemauan keras anak - anak muda itu tak pernah kendur, bahkan semakin berkobar - kobar saja dari kampus ke kampus. Hal ini bisa dimengerti karena kondisi sosial politik pada dasawarsa 50-an memang sangat memungkinkan untuk lahirnya organisasi baru. Banyak organisasi Mahasiswa bermunculan dibawah naungan payung induknya, misal HMI yang dekat dengan MASYUMI, SEMI yang dekat dengan PSII, KMI dengan PERTI, IMM dengan Muhammadiyah dan Himmah yang bernaungan dibawah Al-Washliyah. Wajar saja jika kemudian anak - anak NU ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaungan dibawah panji bintang sembilan, dan benar keinginan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) pada akhir 1955 yan diprakarsai oleh beberapa tokoh pimpinan pusat IPNU.
Namun IMANU tak berumur panjang dikarenakan PBNU menolak keberadaannya, hal ini bisa kita pahami kenapa NU bertindak keras sebab waktu itu IPNU baru saja lahir pada 24 Februari 1954. Apa jadinya jika organisasi yang baru lahir saja belum terurus sudah menangani yang lain?. Hal ini logis sekali. Jadi keberadaan NU bukan terletak pada prinsip berdirinya IMANU (PMII), tetapi lebih pada pertimbangan waktu, pembagian tugas dan efektifitas organisasi. 
Oleh karenanya, sampai pada kongres IPNU ke-2 (awal 1957 di Pekalongan) dan ke-3 (akhir 1958 di Cirebon). NU belum memandang perlu adanya wadah tersendiri bagi anak - anak mahasiswa NU. Namun kecenderungan ini sudah mulai diantisipasi dalam bentuk kelonggaran menambah Departemen baru dalam kestrukturan organisasi IPNU yang kemudian departemen ini dikenal dengan "Departemen Perguruan Tinggi IPNU".
Dan baru setelah konferensi besar IPNU (14 - 16 Maret 1960 di Kaliurang), disepakati untuk mendirikan wadah tersendiri bagi mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah musyawarah selama 3 hari (14 -16 April 1960) di Taman Pendidikan Putri Khadijah (sekarang UNSURI) Surabaya. Dengan semangat membara, mereka membahas nama dan bentuk organisasi yang telah lama mereka idam - idamkan.
Bertepatan dengan itu, ketua Umum PBNU KH. Idam Kholid memberikan lampu hijau, bahkan memberi semangat pada mahasiswa NU agar mampu menjadi kader partai, menjadi mahasiswa yang mempunyai prinsip : Ilmu untuk diamalkan dan bukan Ilmu untuk Ilmu....maka lahirlah organisasi Mahasiswa dibawah naungan NU tepat pada tanggal 17 April 1960, yang kemudian organisasi itu diberi nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Disamping latar belakang lahirnya PMII seperti diatas, sebenarnya pada waktu itu anak - anak NU yang ada di organisasi lain seperti HMI merasa tidak puas atas pola gerak HMI. Menurut mereka (Mahasiswa NU) bahwa HMI sudah berpihak pada salah satu golongan yang kemudian ditengarahi bahwa HMI adalah anderbownya partai Masyumi, sehingga wajar kalau mahasiswa NU di HMI juga mencari alternatif lain. Hal ini juga diungkapkan oleh Delia Nur (1987), beliau mengatakan bahwa PMII merupakan cermin ketidakpuasan sebagian mahasiswa muslim terhadap HMI, yang dianggap bahwa HMI dekat dengan golongan modernis (Muhammadiyah) dan dalam urusan politik lebih dekat dengan Masyumi.